Amalan Yang Sederhana
"Innamaa amruhuu idzaa arada say'an 'an yakulalahu kun fayakun" Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
"Jadilah!" maka terjadilah ia. Dunia seperti berputar dalam sekejab. Ayah yang
tadinya seorang yang mempunyai jabatan kepala cabang disebuah perusahaan swasta
dengan berbagai fasilitas mendadak berhenti bekerja. Perusahaannya bangkrut.
Anak-anaknya dahulu telah terbiasa hidup dalam kemapanan untuk ukuran sebuah
kabupaten. Hal ini membuat ayah berpikir panjang dan ayah seperti ingin
mendidik kami dengan memulai semuanya dari awal. Kami berangkat ke ibu kota
tanpa membawa bekal apapun. Rumah beserta isinya dititipkan ayah kepada paman.
Dikota kami mengontrak pada sebuah rumah tiga petak, ukuran standard kontrakan
di ibu kota. Beberapa waktu berjalan kehidupan kami tidak berubah, sisa uang
pesangon tidak bisa bertahan lama. Hari itu aku melihat ayah berpakaian sangat
rapi, seperti orang yang sedang berangkat kerja kekantor. Awalnya aku senang
karena akan bisa membeli ini dan itu yang aku mau, apalagi aku akan naik kelas
lima begitu juga dengan tiga orang adiku. Ayah selalu berangkat setelah sholat
subuh dan pulang setelah larut malam. " Tidak banyak yang bisa di peroleh hari
ini bu " desah ayah kepada ibu. Mereka mengira semua anaknya telah tidur, tapi
masih terjaga meski tetap dalam keadaan terbaring dan membelakangi mereka. Aku
bertekad membantu mereka, paling tidak untuk memenuhi kebutuhan ku sendiri.
Keesokan harinya aku berjualan koran di terminal bis pulo gadung dan terkadang
pindah keterminal lain karena di terminallah tempat paling ramai pembeli. Hasil
dari jualan koran aku tabung untuk biaya sekolah dan beli buku yang sering di
suruh oleh ibu guru. Suatu hari secara tidak terduga aku melihat ayah di
terminal kampung melayu. Dia menjadi sopir mikrolet jurusan gandaria. Aku tidak
mengerti mengapa ayah memilih perkerjaan ini mungkin juga karena ijzahnya cuma
sampai tingkat SMU tetapi Dia mempunyai pengalaman hampir dua puluh tahun
berkerja dikantor dan sempat beberapa tahun menjabat sebagai kepala cabang,
mengapa tidak dia gunakan ?. Entahlah, yang jelas hari itu aku marasa kasihan
dengan perubahan hampir seratus delapan puluh derajat. " Bu, ibu mau kemana ?"
tanyaku pada seorang ibu di ujung jalan agar ayah tidak melihatku " ke Gandaria
memang kenapa tanya-tanya" jawab ibu itu penasaran. " Ibu naik antrian paling
belakang saja ya bu, tolong" pinta saya pada ibu itu. " Loh memangnya kenapa ?
bukannya malah jadi lama" ibu itu semakin penasaran", aku hanya tertunduk "
Karena angkutan itu yang membawa adalah ayahku" jawabku dengan pelan. Begitulah
terus aku bertanya kepada setiap orang yang lewat. Aku ingin angkutan ayahku
selalu penuh agar ayahku senang.
Malam harinya ayahku mendapat laporan dari ibu yang di beritahu oleh teman
bahwa aku tidak masuk sekolah hari itu. Ayah memukul kakiku karena dikira sibuk
bermain seharian sampai lupa sekolah, aku tidak peduli, aku tetap bahagia
karena telah bisa membantu ayah. Beberapa tahun berlalu aku tidak berubah
menjadi orang hebat seperti di banyak buku. Aku hanyalah pegawai kecil pada
sebuah perusahan kecil di Jakarta. Sewaktu ibuku meninggal dunia, aku berusaha
merawat ayahku sebaik-baiknya beserta adik-adiku yang mulai bisa mandiri. Mata
Ryan masih basah mengenang perjalanan hidupnya. Masjid memang tempat
bersilaturahmi paling layak bagi sesama muslim. Saling nasehat menasehati agar
kita bisa tetap dijalanNya.
Mungkin karena sering di pukul oleh ayahnya dulu , kaki Ryan tampak agak
pincang ketika berjalan entahlah yang jelas hampir setiap hari dengan berjalan
terbata-bata ia memapah ayahnya kemasjid untuk sholat berjamaah atau
berkeliling komplek pada pagi hari menghirup udara segar ciptaan Tuhan. Mungkin
tipe orang seperti Ryan bukanlah tipe orang seperti Abdurrahman bin Auf yang
rajin bersedekah dengan hartanya atau Utsman bin Affan yang juga pengusaha atau
sahabat yang punya amalan hebat seperti Abu Bakar As siddiq dan Umar bin
Khattab. Mungkin gambaran sederhana yang bisa disandingkan hanyalah Uwais Al
Qarni , sosok pemuda yang pernah dimintai doa oleh Ali ra dan Umar ra atas
perintah dari Rasulullah, padahal dua orang sahabat itu sudah dijamin masuk
syurga.
0 comments:
Post a Comment