Friday, April 22, 2011

Menyikapi Rumus Ciptaan Tuhan

Sebagai insan yang terdidik,
seorang mahasiswa sangatlah paham dan mengerti apa sebenarnya subtansi dari
kata ‘hasil atau result(?) Meskipun tidak sedikit dari mereka –termasuk
penulis- yang belum bisa mendefinisakan kata tersebut dengan kalimat yang ‘pas’
dan apik. Sederhanya, ‘hasil’ bisa dikatakan sebuah pencapain akhir dari sebuah
aktivitas atau usaha. Dengan kata lain, hasil merupakan sebuah keadaan yang
terjadi
akibat keadaan (red: aktifitas, usaha dll.) yang terjadi sebelumnya.

Tuhan memang telah menetapkan
sebuah ‘rumus’ yang –mau tidak mau- harus dijalani oleh manusia di muka umi
ini, bahkan semua makhluk ciptaan-Nya. Sehingga dengan rumus tersebut, manusia
yang notabene adalah makhluk yang paling mulia –karena akalnya- bisa
merencanakan segala hal yang ingin dicapainya di hari esok. Selain itu, dengan
rumus tersebut, manusia –setidaknya- bisa menerima segala konsekuensi keadaan
hidup di dunia yang sedang dijalaninya, begitu juga keadaan kehidupan di
akhirat nanti setelah kontrak hidupnya di dunia telah habis. Rumus itu tidak
lain adalah ‘hukum sebab dan akibat’.

Manusia mengakui bahwa rumus yang
telah diciptakan oleh Tuhan ini memang selalu ‘terpraktekkan’ dalam
kehidupannya, baik disadari maupun tidak. Selanjutnya, akal yang telah
dianugerahkan kepada manusia yang memiliki fungsi sebagai ‘barometer’ dalam
menilai sebuah kebenaran juga tidak melihat adanya sedikit ‘kemlesetan’
dalam rumus ini. Ini mengindikasikan bahwa rumus ciptaan Tuhan ini mempunyai
nilai validitas yang paten. Meski di samping itu, tidak sedikit fenomena yang
terjadi di kehidupan ini dan nalar manusia tidak bisa menaruhkan rumus ini dalam
fenomena tersebut. Hal semacam ini sebenarnya tidak menunjukkan bahwa rumu
tersebut
tergores validitasnya. Akan tetapi, lebih kepada nalar manusaialah yang masih
belum bisa mencapai sisi rahasia di balik fenomena tersebut. Karena manusia
yang notabene adalah sang pemilik nalar itu sendiri telah mengakui bahwa nalar
yang dimilikinya mempunyai keterbatasan dalam melihat dan menganalisa sebuah
fenomena kehidupan.

0 comments:

Post a Comment